Sunday 10 November 2013

Bentonite

Bentonite terbentuk dari abu vulkanik, Unsur (Na,Ca)0.33(Al,Mg)2Si4O10(OH)2·(H2O). Sifat materialnya tidak menyerap air. Banyak digunakan sebagai bahan kosmetikkeramiksemenadhesivescat dan lain sebagainya. Selain di Indonesia banyak terdapat diAmerika UtaraAustraliaAfrika dan banyak negara lainya. Bentonite dipergunakan juga untuk penahan longsor tanah pada saat melakukan pengeboran pada pekerjaan borepile, masukan bentonite pada lubang yang di bor kemudian tunggu berapa saat dan lakukan kembali supaya bentonitenya bisa mempekeras permukaan dinding tanah yang di bor.

    Bentonit adalah suatu istilah nama dalam dunia perdagangan yang sejenis lempung plastis yang mempunyai kandungan mineral monmorilonit lebih dari 85% dengan rumus kimianya Al2O3.4SiO2 x H2O. Nama ini diusulkan pertama kali oleh Knight (1898) untuk nama sejenis lempung koloid yang ditemukan pada formasi Benton “Rock Creek” Wyoming Amerika Serikat.

    Penamaan istilah bentonit diusulkan sebagai pengganti dari istilah nama lain sebelumnya yaitu:  “Soapy Clay” atau “Taylorit” yang dipopulerkan oleh Taylorite pada tahun 1888. Sedangkan nama monmorilonit itu sendiri berasal dari Perancis pada tahun 1847 untuk penamaan sejenis lempung  yang terdapat di Monmorilon Prancis yang dipublikasikan pada tahun 1853 – 1856. Grim pada tahun (1968) mengelompokkan monmorilonit ini kedalam Smektit Group sub kelompok smektit di-oktahedral (heptaphyllitic) bersama dengan beidelit dan nontronit. Sedangkan sub kelompok lainnya adalah smektit tri-oktahedral (cetaphyllitic) yang terdiri dari mineral hektorit dan saponit.Secara megaskopis bentonit dapat diamati secara langsung dengan ciri khas yaitu : mempunyai kilap lilin, lunak, berwarna abu-abu kecoklatan sampai kehijauan.

Bentonit dapat dibagi menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan alu-munium silikat hydrous, yaitu activated clay dan fuller's EarthActivated clayadalah lempung yang kurang memiliki daya pemucat, tetapi daya pemucatnya dapat ditingkatkan melalui pengolahan tertentu. Sementara itu, fuller's earthdigunakan di dalam fulling atau pembersih bahan wool dari lemak.

     Sedangkan berdasarkan tipenya, bentonit dibagi menjadi dua, yaitu :
a.                  Tipe Wyoming ( Na-bentonit-Swelling bentonit )
Na bentonite memiliki daya mengembang hingga delapan kali apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi beberapa waktu didalam air. Dalam keadaan kering berwarna putih atau cream, pada keadaan basah dan terkena sinar matahari akan berwarna mengkilap. Perbandingan soda dan kapur tinggi, suspensi koloidal mempunyai pH: 8,5-9,8, tidak dapat diaktifkan, posisi pertukaran diduduki oleh ion-ion sodium ( Na+ ).

b.                  Mg, ( Ca-bentonite – non swelling bentonite )
Tipe bentonite ini kurang mengembang apabila dicelupkan ke dalam air, dan tetap terdispersi di dalam air, tetapi secara alami atau setelah diaktifkan mempunyai sifat menghisap yang baik. Perbandingan kandungan Na dan Ca rendah, suspensi koloidal memiliki pH: 4-7. Posisi pertukaran ion lebih banyak diduduki oleh ion-ion kalsium dan magnesium. Dalam keadaan kering bersifat rapid slaking, berwarna abu-abu, biru, kuning, merah dan coklat. Penggunaan bentonite dalam pemurnian minyak goreng perlu aktivasi terlebih dahulu.

Endapan bentonit Indonesia tersebar di P. Jawa, P. Sumatera, sebagian P. Kalimantan dan P. Sulawesi, dengan cadangan diperkirakan lebih dari 380 juta ton, serta pada umumnya terdiri dari jenis kalsium (Ca-bentonit) . Beberapa lokasi yang sudah dan sedang dieksploitasi, yaitu di Tasikmalaya, Leuwiliang, Nanggulan, dan lain-lain. Indikasi endapan Na-bentonit terdapat di Pangkalan Brandan; Sorolangun-Bangko; Boyolali.

Genesa bentonite secara umum dapat dibagi menjadi 4 (empat) macam  yaitu :
a.       Terjadi karena pengaruh pelapukan.
Pelapukan sebagai faktor utama yang menyebabkan terbentuknya jenis mineral lempung. Dalam proses ini adalah komposisi mineral batuan, komposisi kimia dari air dan daya alir air tersebut dalam batuan. Secara umum faktor yang berpengaruh adalah iklim, macam batuan, relief dan tumbuh-tumbuhan yang berada di atas batuan tersebut.

b.      Terjadi karena pengaruh hydrotermal.
Proses hydrothermal mempengaruhi alterasi yang sangat lemah sehingga mineral-mineral yang kaya akan magnesium seperti hornblende dan biotit cenderung membentuk chlorit. Pada alterasi lemah kehadiran unsur-unsur logam alkali dan alkali tanah, kecuali kalium, mineral-mineral mika, ferramagnesia dan feldspar plagioklas umumnya akan membentuk montmorilonit terutama disebabkan adanya magnesium.  Kehadiran kalium baik yang berasal dari feldspar ataupun mika primer yang terbentuk karena alterasi hydrothermal membentuk zona-zona lingkaran dengan susunan serisit, kaolinit, montmorilonit dan chlorit.

c.       Terjadi karena akibat devitrivikasi dari tufa gelas yang diendapkan didalam air (lakustrin sampai neritic).

Proses tranformasi (ubahan) dari abu vulkanis yang mempunyai komposisi gelas akan menjadi mineral lempung (devitrivikasi) yang lebih sempurna terutama pada daerah danau, lautan dan cekungan sedimentasi. Tranformasi dari gunung berapi yang sempurna akan terjadi apabila debu gunung api diendapkan dalam cekungan seperti danau dan laut. Bentonit yang terjadi akibat proses tranformasi umumnya bercampur dengan sedimen laut lainnya yang berasal dari daratan seperti batu pasir dan lanau.

d.      Terjadi karena proses pengendapan kimia dalam suasana basa ( alkali ) dan sangat silikan.

Proses pengendapan bentonit secara kimiawi dapat berbentuk tidak saja dari tufa tetapi dapat berupa endapan sedimen dalam suasana basa (alkali) yang sangat silikan (authigenic neoformation) dan terbentuk pada cekungan sedimen yang bersifat basa dimana unsur pembentukannya antara lain karbonat, silika pipih, phospat laut dan unsur lainnya yang bersenyawa dengan unsur alluminium dan magnesium.

Berdasarkan kenampakan di lapangan terutama pengamatan secara megaskopis terhadap beberapa singkapan bentonit yang muncul pada beberapa daerah diketahui bahwa endapan bentonit yang terbentuk pada daerah Wonosari dan sekitarnya, terjadi karena adanya proses pelapukan secara dominan yang dicirikan dengan adanya perubahan warna pada beberapa daerah yang masih termasuk di dalam proses pembentukannya dimana adanya cekungan dan daerah dataran sedang.

Bentonit dapat digunakan untuk memperkecil nilai resistansi pembumian (grounding sistem). Bentonit  yang biasa digunakan untuk sistem pembumian adalah bentonit dengan Tipe Na dengan pH 10. Hal ini dikarenakan bentonit dengan pH > 7 memiliki sifat basa dimana basa tidak akan menyebabkan korosi dan akan menjaga kandungan phosphor pada tanah sehingga tanah akan tetap subur.

No comments: